Home Jawa Timur 01-Kediri Kehidupan Harmonis Sejahtera di Piodalan Pura Dharma Wijaya Medowo Kandangan

Kehidupan Harmonis Sejahtera di Piodalan Pura Dharma Wijaya Medowo Kandangan

13 min read
0
4
92

Kediri (MPN) – Pelita Hidup. Melekat dalam kehidupan harmonis yang satu meski berbeda, karenanya hubungan saling keterkaitan antarasesama dan alam. Mengarungi hidup dan kehidupan dengan suka cita penuh keimanan pada Sang Hyang Widhi Wasa. Tuhan Yang Maha Esa. Simpony dan keindahan itu melahirkan kedamaian pada kehidupan pribadi, keluarga dan sesama. Sungguh Indah dan Bermakna. “Umat sedharma. Manusia, selain sebagai makhluk individu, sekaligus sebagai mahluk sosial, yang tidak akan terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Untuk menciptakan kehidupan yang tentram dan damai, maka kita harus menjaga hubungan yang harmonis, atau disbut Tri Hita Karana,” ujar Yuliono, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Kandangan, pada acara HUT / Piodalan ke-37 Pura Dharma Wijaya Desa medowo Kandangan, Kediri, jumat pagi (5/5).

Menurut Yuliono, menukil dari Mpu Tantular dalam karyanya Kitab Sutasoma menyatakan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa (“Berbeda-beda, tetapi pada hakekatnya adalah satu, tidak ada kebenaran yang kedua). Betapa pentingnya  Ajaran Tri Hita Karana Sebagai Dasar Keharmonisan Dalam Kehidupan Bersama. Petikan sloka yang tertulis dalam Bhagawad Gita: Sloka IV Adyaya 11 sebagai berikut: Ye yatha mam prapadyante, Tams tathai ‘va bhajamy aham, Mama vartma ‘nuvartante, Manusyah partha sarvasah. Artinya. Jalan manapun yang ditempuh manusia kepada-Ku semuanya Ku terima. Dari mana-mana mereka semua menuju jalan-Ku, wahai putra parta.

“Manusia, selain sebagai makhluk individu, sekaligus sebagai mahluk sosial, yang tidak akan terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Untuk menciptakan kehidupan yang tentram dan damai, maka kita harus menjaga hubungan yang harmonis yang dalam ajaran Agama Hindu disebut dengan Tri Hita Karana,” tuturnya.

Acara Sembahyang dalam Piodalan ke-37 di Pura Dharma Wijaya Medowo, jumat siang (5/5),

Dijelaskan, Ajaran Tri Hita Karana, adalah tiga hal yang harus diharmoniskan oleh setiap umat Hindu khususnya dan umat manusia pada umumnya. Pertama, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan. Bagaimana caranya? Untuk dapat mengharmoniskan hubungan dengan Tuhan, caranya dengan melakukan semua ajaran-Nya sesuai kaidah kitab Suci Weda. Salah satunya dengan cara bersembahyang.

Pada tingkatan yang lebih tinggi, kita dapat melakukan Meditasi untuk menyatukan diri dan tanda syukur kita ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca. Di samping itu, upaya mengharmoniskan hubungan dengan Tuhan bisa dilakukan dengan mencintai dan menyayangi semua makhluk ciptaan-Nya. Pada intinya, hidup ini adalah sebuah pelayanan. Kita tidak boleh memandang bagaimana statusnya, jabatannya, pekerjaannya atau pun bentuk fisiknya.

Forkompimca Kandangan, Camat Elok Etika S.Sos, MM, Kapolsek Iptu Wahyu Hariadi SH, Danramil diwakili Peltu Luruh AK, Ketua FKUB Gus Ali Nasuchan SPd.I, Sekcam Eko Wahyudi SE, MM, Pendeta Yosua Prasetya, Ketua PHDI Yuliono, Kades Sujarwo, Babinsa Serka Suwito, dalam acara Piodalan ke-37 Pura Dharma Wijaya Medowo Kandangan, Jumat pagi (5/5).

Harmonis Rukun Damai

Kedua adalah menciptakan keharmonisan antara manusia dengan manusia lainnya. Dalam berkehidupan sosial, sering sifat  individualisme mengemuka. Misalnya kehidupan di Kota Besar Jakarta, banyak orang yang tidak mengetahui nama tentangga sebelahnya. Semuanya sibuk dengan urusan dan kepentingannya masing-masing sehingga komunikasi dengan tetangga sangat jarang. Hal ini tak jarang tengah merambah ke pelosok kota kecil dan desa.

Dalam pandangan ajaran Tri Hita Karana, fenomena itu menandakan bahwa keadaan masyarakat tersebut tidaklah harmonis. “ Oleh kena itu, mari kita ciptakan masyarakat yang harmonis, rukun dan damai sehingga akan tercipta kesejahteraan bersama,” kata Yuliono.

Ajaran toleransi kita, yaitu ajaran Tat Twam Asi. Di mana secara harfiah Tat Twam Asi mengandung arti Aku adalah Dia, Dia adalah Engkau. Artinya, kelihatan sangat sederhana, namun bila dikaji, ajaran itu memiliki makna yang sangat dalam. kata Aku di sana bukan hanya dilihat dari bentuk fisik kita. Di dalam diri saya dikatakan ada Jiwa (Atman) dan di dalam diri Anda juga ada sang jiwa itu. Oleh karena itu, maka saya dan anda atau pun dia, atau pun mereka adalah sama-sama memiliki jiwa (Atman) yang berasal dari satu sumber utama, yaitu Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa.

Camat Kandangan Elok Etika S.Sos, MM dalam acara Piodalan ke-37 Pura Dharma Wijaya Medowo Kandangan, jumat (5/5).

Terlebih lagi, salah satu sloka mengatakan bahwa: “Brahman Atman Aikyam”. Artinya, Brahman dan Atman adalah Satu. Dapat disimpulkan bahwa jiwa di dalam diri kita adalah Brahman itu sendiri. Dengan menyadari bahwa di dalam diri orang lain sama dengan diri kita, maka sepatutnya kita saling menghormati dan menyayangi, sehingga tercipta kehidupan yang harmoni, aman, damai, dan sejahtera.

Ketiga, menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam lingkungan. Alam ini telah melakukan pelayanan tanpa pamrih kepada semua mahluk yang ada. Semua yang kita butuhkan, dia berikan. Namun sebaliknya, umat manusia penuh ego, kita mengeksploitasi tanpa memikirkan bagaimana memeliharanya. Hal itu berakibat datangnya maut menghampiri umat manusia. Bencana demi bencana terjadi di mana-mana, seperti Tsunami , Gempa Bumi, tanah longsor, dan banjir bandang di beberapa daerah. Oleh karena itu, umat manusia, khususnya umat Hindu, harus menyadari untuk berusaha mengharmoniskan kembali hubungannya dengan alam. “Marilah kita merawat lingkungan kita untuk menanam tanaman di sekitar rumah, membuang sampah pada tempatnya,” tutur Yuliono.

Dalam upaya menjaga keharmonisan alam semesta ini, umat Hindu senantiasa menjaga keselarasan antara sekala dan niskala, baik secara vertikal dengan Sang Pencipta dan lingkungan alamnya, maupun secara horizontal antar manusianya. Dengan demikian, terciptalah energi positif yang dapat memberikan aura dan nuansa magis-spiritual. Ditambah lagi, dengan semakin digerakkannya konsep Tri Hita Karana menjadikan masayarakat Hindu semakin harmoni dan mandara.

Penampilan Tari Gambyong dalam acara Piodalan ke-37 Pura Dharma Wijaya Medowo Kandangan, jumat (5/5).

Maka itu, lanjuut Yuli, pentingnya ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan bersama sebagai wahana untuk saling introspeksi diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga menumbuhkan interaksi, hubungan timbal balik antar sesama, bukan untuk memecah, melainkan untuk penyatuan. Yaitu dengan menjadikan ajaran Tri Hita Karana sebagai pondasi dalam menjalani kehidupan yang paras paros sarpa naya salung – lung sabayan taka.

“Mari kita amalkan ajaran Tri Hita Karana agar tercipta keharmonisan dan kedamaian seluruh mahluk, sesuai tujuan Agama Hindu yaitu Moksartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma. Terimakasih. “Tan Hana Wwang Swasty Hayu Nulus” tidak ada manusia yang sempurna,” pungkas Yuliono.

Acara Piodalan kali ini, diawali dengan sembahyang, diiringi tari Rejang Dewa, menyambut Bathara Turun yang dilinggihkan di lokasi Pura. Dilajutkan berbagai acara sambutan dari Forkompimca, sert penampilan tari Gambyong, Dharma Wacana yang disampaikan Agung Pratama, pemuda Pura Dharma Wijaya. “Piodolan ini merupakan kegiatan Penyucian kembali dalam agar Pura menjadi suci, nyaman dan tenteram,” tukas Agung Pratama.

Camat Kandangan Elok Etika, S.Sos, MM, menuturkan bahwa sangat setuju tentang Hubungan Ketiga unsur yang harus dilakukan oleh umat dalam menjalani Hidup, yaitu hubungan baik dengan Tuhan Yang Maha Esa, Hubungan dengan sesama manusia dan hubungan baik baik dengan Alam sekitar dengan memeliharanya. “Karena kesemua itu merupakan unsur kehidupan yang mesti dilakukan oleh Umat Manusia,” ujarnya.

Ketua PHDI Kandangan Yuliono dalam acara Piodalan ke-37 Pura Dharma Wijaya Medowo (5/5)
Para Peserta Acara Piodalan ke-37 Pura Dharma Wijaya Medowo Kandangan (5/5).

Acara Odalan, memperingati Ulang Tahun ke-37 Pura Dharma Wijaya ini, dihadiri Forkompimca Kandangan, Camat Elok Etika S.Sos, MM, Kapolsek Iptu Wahyu Hariadi SH, Danramil diwakili Pelda Luruh AK, Sekcam Eko Wahyudi SE, MM, Ketua FKUB Gus Ali Nasuchan SPd.I, Kades Medowo Sujarwo,, Ketua PHDI Yuliono, Pendeta Yosua Prastya, Ketua WHDI Lik Asih, Babinsa Serka Suwito, Anggota Polsek Widada, Kasi Trantib Kecamatan Sugeng Rianto, PHDI Jombang, PHDI Kasembon, Pengurus Walaka, Para Mangku se Kecamatan kandangan, serta para Umat Hindu se Kecamatan Kandangan dan sekitarnya.

Mekar bersemi dan harmoni. Kepedulian dengan Sang Pencipta, dan sesama manusia serta dengan alam sekitarnya adalah sebuah niscaya yang mesti dilakukan oleh umat manusia, menuju kehidupan yang sempurna. Bahagia dan Sejahtera. –(Ajie)-

Load More Related Articles
Load More By Aji Suharmaji
Load More In 01-Kediri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Pertahankan Martabat Kepengurusan HPK

Malang (MPN) – Berjatidiri Eksis. Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Terhadap Tuha…